Analisis Film: The Hundered Foot Journey


Nama                     : Frita Maria
Prodi                      : Psikologi
Fakultas                 : Fakultas Pendidikan Psikologi
Mata Kuliah          : Psikologi Lintas Budaya
Dosen Pengampu  : Dr. Phil. Zarina Akbar, M.Psi


------------ "The Hundred Foot Journey" ------------

                 I. IDENTITAS FILM

Title                            : The Hundreed Foot Journey
Genre                         : Drama
Release Date              : 28 August 2014
Distributor                 : Walt Disney Pictures
Cast                            : Helen Mirren, Manish Dayal, Charlotte Le Bon, Rohan Chand, Juhi Chawla,                                         Om Puri, Farzana Dua Elahe, Amit Shah, Jean Kinsella
Director                      : Lasse Hallström
Writers                       : Steven Knight (screenplay), Richard C. Morais (novel)

I.              II. SINOPSIS FILM

Film The Hundred Foot Journey 2014 yang dibintangi oleh Helen Mirren dan Om Puri dari sutradara Lasse Hallstrom dan diproduksi oleh Oprah Winfrey, Steven Spielberg,  Juliet BlakeDreamWorks Studios, dan Participant Media’s ini mengisahkan tentang seorang remaja Indian kurus yang memiliki sesuatu yang misterius dalam dirinya
Hassan Haji, anak kecil yang dibawa ibunya ketika ingin berbelanja landak laut, akhirnya menjadi keberuntungan tersendiri bagi ibunya untuk mendapatkan semua landak yang ada. Setelah ibunya berjuang melawan para pembeli lain, penjual landak itu sendiri yang akhirnya memutuskan untuk menjual semua landak pada anak yang tahu akan seni dari suatu makanan, yaitu Hassan.
Hassan yang beranjak dewasa tetap belajar memasak membantu ibunya di dapur untuk menghidangkan makanan bagi tamu di tempat makannya. Menurutnya, restaurant keluarganya adalah sekolah pribadinya, dan ibunya adalah gurunya. Ibunya mengajarkan tentang seni dan kehidupan yang didapat dari memasak suatu makanan. Sayangnya, pendidikan nonformalnya itu harus berakhir di hari itu, dimana restaurannya dibakar oleh para warga yang tidak bertanggung jawab yang tidak terima atas Menteri baru yang terpilih. Entah jelasnya karena apa, dalam seketika restaurant mereka hangus terbakar, begitupun dengan ibu Hassan yang ikut terpanggang. Ia kehilangan segalanya.
Namun kini, setelah semua insiden yang dilaluinya, ia sekeluarga berpindah-pindah dari satu negara ke negara lain. Sebelumnya, keluarga Kadam pindah ke London, di dekat Heathrow. Hassan masih melanjutkan pembelajarannya dalam memasak. Dan sekarang ia mencoba untuk menjelajahi Eropa. Karena menurutnya, sayuran di Inggris tidak mempunyai jiwa. Selain itu, keluarganya juga memutuskan untuk membuka restoran di salah satu bagian di Eropa. Meskipun ia tak punya lisensi memasak apa pun, hanya saja ia percaaya pada kemampuannya sebagai seorang juru masak di restaurannya dahulu.
Mobilnya yang rusak saat menjelajahi salah satu daerah pegunungan di Perancis membantunya bertemu pada cintanya, yaitu seorang wanita asal Eropa yang juga merupakan juru masak di restaurant ternama di sana, Marguerite. Akhirnya Marguerite membantu menarik mobil Hassan yang rusak dengan mengikatkan tali ke mobilnya. Keluarga mereka pun tiba di suatu penginapan dekat tempat tinggal Marguerite dan ayahnya akhirnya membeli sebuah rumah kosong yang menarik perhatiannya di tengah perjalanan mendorong mobil tadi. Mereka pun kembali mencoba membuka restoran di rumah barunya.
Sepertinya itu menjadi pertanda mereka mulai memerangi restaurant Perancis berbintang satu tepat di seberang rumahnya. Pemilik restaurant itu tidak begitu suka akan kehadiran restaurant saingan. Dampaknya, perang kuliner pun dimulai. Kedua restaurant itu saling menjatuhkan. Lambat laun, setelah beberapa lama, terjadi insiden yang membuat kesalah pahaman antar kedua belah pihak. Pemilik restaurant Le Saule Pleureur, Madame Mallory merasa bersalah karena kebodohan juru masaknya, ia pun beberapa lama kemudian menginginkan Hassan untuk menjadi juru masak restaurannya. Setelah setahun, akhirnya Madame Mallory berhasil mendapatkan dua bintang untuk tempat makannya. Seusai kesuksesan Hassan, ia kembali diminta untuk menjadi juru masak di satu restaurant mewah di kota Paris, La Baleine Girse. Akhirnya Hassan menjadi kepala koki disana, ia menjadi terkenal dan kisahnya masuk ke beberapa majalah kuliner.
Setelah beberapa tahun kesuksesannya, Pada suatu momen, sepertinya ia merindukan rumahnya, Hassan pun kembali ke Lumiere untuk bertemu keluarganya dan juga khususnya Marguerite. Di Lumiere, Madam Mallory menyerahkan kendali Le Saule Pleureur kepada Hassan, dan sepertinya ia mendapatkan bintang ketiganya untuk restaurant itu.
Film ini menggambarkan secara singkat, bahwa adanya suatu kehidupan yang penuh dengan segala warna, cita rasa, dan aroma yang khas dari masing-masing dapur kenegaraan yang berbeda; antara dapur India dan dapur Perancis. Film ini pun memperlihatkan tentang keharmonisan keluarga, adanya jiwa-jiwa kebangsaan yang dilekatkan, dan misteri tentang selera yang bagus.

III.                   ANALISIS FILM TERKAIT DENGAN KAJIAN LNTAS BUDAYA

Berdasarkan penggalan singkat dari film di atas, dari segi persepsi, Hassan terlihat menerima berbagai macam stimulus (sensasi) dari berbagai macam proses dan menu masakan yang ia masak dengan bantuan kelima inderanya. Persepsi Hassan pun Madame Mallory sebagai seorang juru masak tentunya berbeda dari persepsi orang awam pada umumnya yang belum begitu menjiwai masakannya. Selain itu, persepsinya juga dipengaruhi oleh setiap budaya baru yang ia temui. Misalnya entah di London maupun Perancis, Hassan perlu mengadaptasi menu dan bahan masakannya sesuai kebiasaan lidah orang tersebut dan rempah-rempah yang ada di lingkungan tersebut. Hassan membuat lima saus berbeda untuk mengikuti selera masyarakat yang menjadi target pasar dari penjualannya. Persepsi keluarganya pun turut berubah, mereka berpikir untuk tidak berpakaian dengan menggunakan kain sari (untuk perempuan India), dan berbagai atribut orang India di tempat yang mereka tinggali
Dari sisi tinjauan psikologi sosial, dalam kehidupan sehari-hari kita dituntut untuk menjadi makhluk sosial yang berinteraksi untuk memenuhi kebutuhan. Begitupun keluarga Kadam yang mencoba menjadikan diri mereka luwes dan fleksibel untuk mudah beradaptasi dalam budaya tertentu. Seperti misalnya, mereka harus mengetahui kebudayaan Inggris, Eropa itu seperti apa.
Sebagai perantau di negeri orang, terlebih untuk membuka usaha di sana, mereka dituntut untuk bergaul, berinteraksi dengan pedagang, Madame Mallory dan para tamu yang semuanya dari kewarganegaraan Perancis.
Tidak hanya itu, Hassan dapat berkembang dan meningkatkan kemampuan memasaknya pun semua karena adanya social facilitation seperti Marguerite, ayahnya, Madame Mallory dan yang lainnya yang bersedia meminjamkan buku, ataupun mengajarkannya dengan sepenuh hati. Serta adanya social striving, dimana dalam kelompok atau saat Hassan ditempatkan untuk bekerja sama di dapur dengan juru masak yang lain, ia terbukti dapat meningkatkan bintang Michelin pada restaurant itu.
Melalui film ini, kita dapat melihat bahwa keluarga Kadam yang berasal dari India, sangat menjunjung tinggi budayanya. Ada etnosentrisme yang pada awalnya sangat terlihat, yaitu saat mereka mendirikan restaurant dengan segala menu, atribut, dekorasi dan musik yang semuanya ala khas India.
Tak bisa dipungkiri bahwa latar belakang kultrual, pengasuhan dan warisan tradisi dapat memberikan dampak tersendiri bagi perilaku dan pola hidup keluarga Kadam saat itu. Warisan tradisi memasak dari ibunya dan membuka usaha restaurant di keluarganya, menjadikan Hassan berambisi untuk membuka usaha restaurannya sendiri dan menjadi seorang juru masak handal serta ternama. Dalam hal ini, budaya sangat berkontribusi dalam menjalani kehidupannya. Pemahaman keluarga Kadam mungkin sudah cukup baik akan budaya, karena mereka cukup dapat memahami, menerima dan mau beradaptasi dengan segala perubahan dan perbedaan yang ada. Mereka juga dapat mengatasi culture shock mereka sendiri atas budaya baru.
Berdasarkan dengan aspek kognitif-inteligensi, mungkin Hassan memiliki proses asimilasi yang luar biasa dalam kognitifnya. Karena ia terus saja melakukan inovasi-inovasi baru akan pengetahuan dan keterampilan yang ia miliki dalam dunia masak. Terlebih sampai ia tiba di restaurant yang menuntutnya untuk melakukan berbagai eksperimen pada masakannya. Ide-ide baru seperti itu yang kemudian menjadikannya lebih berpengetahuan luas dan akhirnya dikenal menjadi chef yang handal di negeri orang. Dan Hassan pun merupakan salah seorang yang sangat cepat dalam mempelajari sesuatu.
Bahasa adalah sarana utama untuk berkomunikasi dengan orang lain dan menyimpan informasi. Sehubungan dengan hal atau aspek bahasa, terlihat jelas bahwa untuk memenuhi kebutuhan mereka, untuk menyerap ide baru tentang masakan, dan sebagainya, mereka sudah pandai beradaptasi dengan bahasa yang berbeda antar budayanya. Di India, mereka menggunakan Bahasa India, namun mereka juga menguasai Bahasa Internasional seperti Bahasa Inggris sebelum pergi ke London dan kemudian mempelajari bahasa Perancis. Hassan dan pak Kadam pun walau sedikit-sedikit, namun secara fonem, fonologi, sintaksis, dan pragmatic, mereka memiliki kemampuan yang luar biasa saat mengucapkan bahasa Perancis ketika berbicara dengan Margeruite maupun berinteraksi dengan pedangang asli sana. Begitupun sekeluarga Kadam yang berkebangsaan India namun cukup faseh dalam mengucapkan bahasa Inggris, serta Madam Mallory yang asal Perancis namun cukup baik dalam berbahasa Inggris.

DAFTAR PUSTAKA


Matsumoto, David. (2008). Pengantar Psikologi Lintas Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

YGK. (2014). “Sinopsis Film Hundred Foot Journey 2014”. Diakses online pada 19 April 2018, dari situs http://www.loveheaven07.com/2014/05/sinopsis-film-hundred-foot-journey-2014.html


Arihdyacaesar. (2012). “Etnosentrisme, Stereotip, dan Prasangka. Diakses online pada 19 April 2018, dari situs https://arihdyacaesar.com/2012/01/13/etnosentrisme-stereotip-dan-prasangka/

Comments

Popular posts from this blog

Analisis Kasus Tingkat Kriminalitas dan Keterkaitannya dengan Pancasila

Analisis Kasus: Pengemis Tua Simpan Rp 11 Juta di Tas Pinggang